Tuesday, October 21, 2008

fooled everyone


dalam suatu keadaan tertentu,
kadang tanpa sadar, namun dilakukan dengan sadar,
ada kalanya kita menipu orang lain,
membodohi orang lain demi memuaskan ego atau sekedar hanya untuk mendapatkan rupa kebahagiaan sendiri..

ada yang akan terluka,
ada yang akan tersakiti.
ada yang akan sangat terluka,
ada yang akan sangat tersakiti.

kita menginginkan ketinggian,
kita merendahkan yang lain.
kita kemudian bersuka,
kita mengenyampingkan mereka yang berduka.
ada yang memaklumi,
namun banyak yang akan tidak maklum.

akan ada yang memaafkan,
ada yang akan mendendam.

hhmmm..
menanam padi, akan tumbuh padi.
itu yang akan kita makan.

Wednesday, October 15, 2008

[SHARE] Bahasa Sederhana Penggambaran US Economic Condition

Mungkin ada yang pengen tau lebih detail, sebenernya lagi kenapa dan gara2 apa sih ada gunjang ganjing diperekonomian US saat ini,,,
Kalo baca2 koran atau analysis mungkin bakal agak2 berat bahasanya, kebetulan ada seorang teman yang berusaha menyederhanakannya, ,,

Mudah2an bermanfaat untuk menambah wawasan kita semua. Sip2





Begini deskripsinya:

------------ --------- --------- --------- --------

Yah kalo katanya berita tipi sih kemungkinan penyebab krisis di US karena dua hal:
1. Karna kredit pinjaman rumah (kpr) lagi macet
2. Mirip kaya kasus dot com, ada kemungkinan para institusi finansial raksasa disini "kelewat rakus"

Ilustrasi gampangnya begini. Sepanjang tahun 2000-2005, harga tanah ma properti di US itu pertumbuhannya bisa sampai 50%-200% per tahun, ini karna didukung sama kebijakan moneter yang longgar dan uluran tangan pemerintah lewat lembaga intermediasi KPR yang namanya Freddie Mac dan Fannie Mae. Maksudnya biar kaum yang terpinggirkan seperti pelajar, orang dengan pekerjaan tidak tetap, militer, pns, bisa dapat pinjaman untuk beli rumah. Nah yang jadi agunan untuk bayar KPR-nya ya rumah yang barusan dibeli itu. Dengan asumsi bahwa nilai properti bakal terus naik, bank merasa aman tuk minjamin kredit toh, soalnya kan kalo utang ga sanggup bayar, jual rumah juga tetap dapat untung toh.

Tapi kadang-kadang emang niat baik itu ga selalu berujung baik, hehe. Berikutnya ya inovasi finansial yang didasari prinsip dasar ekonomi yang paling klasik, cari untung lah. Seluruh utang KPR itu dikumpulin, KPR yang berasal dari orang-orang 'mampu' termasuk investasi kategori A, sedangkan KPR yang berasal dari orang-orang 'tidak mampu' (Freddie dan Fannie) termasuk kategori B atau C. Hukum di US mengharuskan bahwa investasi yang dijual ke publik itu harus aman, sekitar B+ lah. Nah gimana ngakalinnya, yah tinggal digabung aja tuh hutang B ama hutang A jadi satu, dijual deh dalam bentuk obligasi atau reksadana, gradenya minimal B+. Yang merating tentu saja lembaga rating internasional toh, jadi semua orang merasa aman deh. (Btw, si lembaga rating sekarang dalam investigasi FBI, hiii syerem)

Lalu reksadana dan obligasi ini dijual deh di Wall street, uhuy. Laku keras deh di pasaran. Semua ini berlangsung ampe 2005. Ada yang bilang harga properti itu kaya balon (read: buble tapi ga pake gum, hahahaha), nilai riilnya sebenarnya lebih rendah dari nilai pasarnya, ini karena didorong oleh permintaan yang berlebihan aja. Yah kalo harga barangnya naik terus, lama-lama orang-orang kaum menengah kebawah (read: middle class) kan ga bisa beli lagi dong. Akhirnya permintaan akan rumah turun deh. Permintaan turun, harga rumah turun, harga rumah turun "nilai aset" dari KPR juga turun, ini berujung pada nilai reksadana dan obligasi yang berbasis ama KPR tadi menjadi kelebihan nilai (read: overvalued). Lembaga rating terpaksa nurunin grade investasi reksadana dan obligasi KPR. Investor panik, terjadi aksi jual mendadak deh.

Paling pusing adalah si yang punya bank. Pertama, ekonomi dunia lagi super susah, harga bahan pokok kok bisa-bisanya ikutan naik, harga minyak naik (saat itu lho), ditambah nilai properti yang turun, akhirnya berujung pada penumpukan KPR macet. Ini makin mendorong rating reksadana dan obligasi KPR makin jatuh lagi. Di lain pihak, para pembeli reksadana dan obligasi minta uangnya dikembalikan (jual reksadana dan obligasi). Nilai rumah yang diagunkan saat ini rata-rata cuma berharga sekitar 50% dari nilai pinjaman KPR-nya. Nah kalau si bank tadi sekitar 80% usaha investasinya berkutat di bidang terkait dengan KPR (aji mumpung banget deh, kaya jualan terompet di malam tahun baru), terang aja kalau mereka jadi bangkrut.

Parahnya, yang ikut-ikutan aji mumpung ternyata bukan cuma bank kecil, tapi juga institusi finansial raksasa, (soalnya yang ngerating kan lembaga internasional, dah gitu dibilang pasti aman, kan Freddie dan Fannie dijamin pemerintah) ikut pusing deh jadinya. Lembaga intermediasi (bank, asuransi, institusi finansial) jadi macet karena kekurangan uang untuk beroperasi (read: liquidity problem). Jalan keluarnya gimana? Ya harus dikasiin uang. Gampangnya ya kaya Fed dan pemerintah membeli KPR, reksadana, dan obligasi macet tadi. Ini yang ribut-ribut "bail out" kemarin.

Secara makro kondisi ekonomi US gimana. Mantap deh. Defisit jelas membengkak, apalagi tuk nombok utangan tadi toh. Pengangguran terus dan tetap bertambah setiap bulannya. Pertumbuhan ekonomi stagnan. Ekonomi US teramat bergantung pada konsumsi rumah tangganya, artinya kalau rumah tangga udah ga bisa belanja, ga jalan deh ekonominya. Kemarin Pres. Bush sampai ngasi potongan pajak per individu (potong kompas ngasi duit langsung ke masyarakat karna injeksi dana ke sektor finansial ga tembus ke sektor riil, maksudnya dunia usaha dan masyarakat).

Prospek kedepan gimana? Nah kalau ini tergantung sama yang namanya kepercayaan (read: trust, hehe).
1. Masyarakat (menengah ke bawah), benci para kapitalis Wall street, soalnya utang mereka dibayarin pemerintah, sedangkan utang KPR mereka ga dibayarin, dipaksa keluar dari rumahnya lagi
2. Lembaga intermediasi ( perbankan), merasa ga nyaman tuk minjamin duit, bahkan antar sesama bank, ngapain gue minjamin duit, nanti dipake tuk investasi yang ga jelas lagi, weleh-weleh (bisa diliat tuh suku bunga pinjaman antar banknya)
3. Investigasi 'fraud' dilakukan FBI di lembaga rating dan institusi-institusi finansial besar yang barusan bermasalah, dugaannya sih mereka udah tau kalau investasinya berbahaya, tapi tetap nyemplung tuk dapetin bonus yang lebih besar (terutama top manager-nya nih)
Semua orang saat ini cenderung menunggu, karena sebentar lagi akan ada transisi pemerintahan baru, pemilu-nya bulan november. Arah kebijakan pemerintah kemungkinan besar akan bergantung sama kandidat yang menang. The Fed, cenderung bersifat sangat konservatif. Mereka ini pengen banget menciptakan stabilisasi inflasi, tapi sekarang penuh konflik karena pengangguran dan masalah likuiditas di pasar keuangan, godaannya inflation targeting nih emang, hehehe.

Hubungannya ke Indo gimana, nah ini pertanyaan yang paling bagus. Pendapat pribadi gue sih ya bergantung seberapa dekat hubungan Indo dengan US.
Lebih nyelekitnya lagi, seberapa mampu sih negara kita berinvestasi di US. Negara2 mampu yang berinvestasi di US sih udah pasti merana. Nah kalau ternyata benar bahwa negara kita termasuk kategori "miskin", berarti mestinya sih aman-aman aja. Yang bikin ga aman justru kalau "orang kayanya" Indo banyak berinvestasi di US dan celakanya lagi, mereka punya hubungan erat dengan pemerintah, nah kalau yang ini, udah pasti kita bakal kena imbasnya juga lah. Semua orang 'dipaksa' nyetor (pajak atau pungutan jadi2an lah), untuk membayar hutang 'negara'. Hidup Indonesia dah euy, hehehe.

anonymus....