Monday, November 10, 2008

Tahukah engkau bahwa imanmu telah runtuh?

tulisan di bawah ini pas banget dengan kondisi saya saat ini. saya sibuk, tepatnya sok sibuk agar terus bergerak dengan tujuan matematis tertentu. bangun leyehleyeh mandi shalat secepat saya bisa, berkemas lalu menyiapkan diri memasuki hari.
semoga tulisan yang saya kutip di bawah ini ada manfaatnya

Setiap hari saat aku terbangun,

Pikiranku langsung bekerja,
Betapa banyak yang harus aku lakukan hari ini.
Jadi, aku menyelesaikan shalat shubuhku
tergesa-gesa.

Tiada waktu untuk berdo'a
Apalagi untuk mengagungkan Asma- NYA
Untukku, shalat begitu sudah biasa.
Sejak aku memulai membangun karier
Demi menjamin masa depanku.

Setibanya di rumah
adalah waktu untuk bersantai
dan berbincang di telepon dengan kawan.
Tiada waktu untuk membaca Al-Qur'an.

Apalagi ada internet, kesukaanku.
Jadi, untuk menjaga imanku
aku betul-betul tiada waktu.
Untuk mengunjungi temanku yang sakit
atau aktif di panti asuhan dan panti jompo
terlalu sukar untukku.
Karena aku selalu kesulitan untuk membagi waktuku
akupun tiada waktu untuk berdiskusi tentang Islam.
Meski, aku tahu hal itu sangat diperlukan.

Untuk shalat sunnah pun sulit untukku.
Semua itu membuat imanku jatuh.
Sibuk di sini dan di sana.
Tak ada waktu, itulah sebabnya
aku belajar agam sesekali saja.
Sekali lagi, tak ada waktu, itulah sebabnya.

Hingga suatu hari Tuhanku memanggilku.
Dan aku diberi sebuah buku
tentang perjalanan hidupku.
Tiba-tiba aku merasa menyesal.
Mengapa aku tidak banyak menunaikan shalat.
Untuk bersukur dan melakukan kebaikan
serta menyempatkan membaca Al-Qur'an.
Hari pembalasan, aku betul-betul gelisah.
Aku menyesal tetapi sudah terlambat.
Surgaku bergantung pada kebaikanku.
Dan sekarang ini, kebaikanku belum cukup
juga shalatku.
Malaikat Kanan membuka bukuhidupku.

Kemudian dia berseru,
Wahai pemuda muslim,
Engkaulah yang selalu berkata
bahwa dirimu sangat sibuk adanya,
sehingga tiada waktu untuk mengisi buku amal baikmu.

Tahukah engkau bahwa imanmu telah runtuh?
Buku amal baikmu terlalu sedikit isinya
untuk masuk ke dalam surga.
Mataku langsung memerah dan berkaca-kaca.
Karena aku tahu, tempatku di mana …

Diambil dari buku "The Inspiring Words"

Wednesday, November 05, 2008

burung ayah, burung anak....

pada suatu sore, seorang ayah dan anak lelakinya duduk di beranda depan rumah.
mereka berbicara banyak hal.
sesaat keduanya terdiam.
sang ayah bertanya kepada putranya.
"anakku, burung apakah gerangan di atas pohon iTu..?"
"oh, itu burung gagak ayak."

beberapa saat kemudian sang ayah bertanya kepada putranya lagi.
"anakku, itu burung apa, dia hingga di pohon itu..?"
"burung gagak ayah..."

lalu sang ayah bertanya lagi.
"anakku, itu burung apa.."
"ayah, itukan burung gagak, masih burung yang sama ayah."

sang ayah terus bertanya hal yang sama....
untuk yang ketuju kalinya sang ayah bertanya hal sama..
"anakku itu burung apa..?"
sang anak berdiri di depan ayahnya..
"ayah, ayah sudah sepuluh kali bertanya hal yang sama, dan burung itu tetap burung gagak, walau ayah bertanya berapa kalipun, dia tidak akan berubah..."

sang ayah diam.
lalu dia berdiri kemudian masuk ke dalam rumah.
beberapa saat kemudian dia keluar sambil membawa sebuah buku harian.
dia duduk di tempat semula, dan sang anak pun duduk sambil menahan kesal.

buku di buka lalu dia membaca sebuah halama terakhir...
"sepuluh tahun yang lalu, aku dan anak lelakiku duduk di beranda dan pada sore yang sama. ia menanyakan tentang apa nama burung yang hinggap di pohon itu. dua puluh kali. namun dengan tetap sabar dan tersenyum aku terus menjawab, walau bibir kecilnya bertanya hal yang sama. aku bangga pada putraku itu."
"hari ini, aku dan putraku duduk di beranda yang sama. aku menanyakan hal yang sama dengan pertanyaan yang ia lontarkan sepuluh tahun lalu. namun baru tujuh kali aku bertanya, ia membentakku."

sang anak tertunduk.
diam.
nafasnya tidak teratur.
isaknya mulai terdengar.
lalu sambil memeluk kaki ayah nya ia berkata..
"ayah, maafkan putramu ini...."