Monday, May 16, 2005

....nyanian kakak

Seorang ibu muda, Karen namanya, sedang mengandung bayinya yang kedua.
Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael, anaknya yang pertama
yang baru berusia 3 tahun, untuk menerima kehadiran adiknya. Michael senang
sekali. Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya. Dan karena
Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di
perut ibunya itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh di luar dugaan,
terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael
dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk
sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen,
"Bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi." Karen dan
suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada
yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya
bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.

Lain halnya dengan Michael. Sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek
terus! "Mami... aku mau nyanyi buat adik kecil!" Ibunya kurang tanggap.
"Mami... aku pengen nyanyi!!" Karen terlalu larut dalam kesedihan dan
kekuatirannya. "Mami.... aku kepengen nyanyi!!!" Itu berulang kali diminta
Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan
Michael sebagai rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang
bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan
Michael. "Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir
kalinya. Mumpung adiknya masih hidup!" batinnya.

Ia dicegat oleh suster di depan pintu kamar ICU. "Anak kecil dilarang
masuk!" Karen ragu-ragu. "Tapi, suster...." suster tak mau tahu. "Ini
peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!"

Karen menatap tajam suster itu, lalu berkata, "Suster, sebelum
diizinkan bernyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin
ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!" Suster terdiam
menatap Michael dan berkata, "Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!"

Demikianlah, kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu
dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek
dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya... Lalu dari mulutnya
yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring "You are my
sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey...."

Ajaib! Si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan
sayang dari kakaknya. "You never know, dear, How much I love you. Please
don't take my sunshine away."

Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan
menatapnya dengan tajam dan, "Terus.... terus Michael! Teruskan sayang...,"
bisik ibunya sambil menangis.

"The other night, dear, as I laid sleeping, I dreamt, I held you in
my..." Dan, Sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang.
Pernapasannya lalu menjadi teratur..." I'll always love you and make you
happy, if you will only stay the same..." Sang adik kelihatan begitu tenang,
sangat tenang.

"Lagi sayang..." bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael
terus bernyanyi dan.... adiknya kelihatan semakin tenang, rileks dan
damai... lalu tertidur lelap.

Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak
menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang
baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, satu hari kemudian, si adik bayi sudah diperbolehkan
pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien
yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib,
dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai mujizat Kasih Ilahi yang luar
biasa, sungguh amat luar biasa!

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar
bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun
membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you".
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil
"Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang
mustahil bagi-NYA bila IA menghendaki terjadi.

anonimus